Langsung ke konten utama

One Night in Miami (2020), Merayakan Perubahan

 



Iman terbentuk karena konstruksi sosial. Film ini mengisahkan bagaimana Muhammad Ali memasuki hidup baru sebagai seorang penganut agama Islam, meninggalkan kepercayaannya yang lama. Tentu pilihan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Malcom X adalah orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan baru Ali sebagai seorang muslim. Malcom menjadi donatur yang membiayai Ali sebagai petinju profesional. Malcom melihat Ali adalah mutiara yang akan memancarkan keindahan ketika diarahkan ke jalan yang tepat. Malcom sendiri sedang berada dalam pergumulan berat ketika ia memutuskan hengkang dari organisasi Nation of Islam, dimana ia adalah salah satu tokoh yang membesarkannya. Malcom merasa sudah tidak satu visi lagi dengan Nation of State. Malcom ingin mendirikan organisasi Islam kulit hita untuk mengibarkan eksistensi para kulit hitam muslim di Amerika.

Di sisi yang lain ada dua kerabat mereka, Sam Cooke dan Jim Brown yang mencoba merayu Clay (nama Ali sebelum mendeklarasikan diri sebagai muslim) untuk tidak berpindah agama. Mereka menggoda Clay dengan beragam fantasi yang menyenangkan di luar dunia Islam seperti steak babi, alkohol, dan pesta pora. Clay sempat goyah karena godaan tersebut.

Film ini berfokus kepada dialog imajiner antara Malcom, Clay, Jim Brown, dan Sam Cooke di sebuah kamar hotel setelah kemenangan Clay dalam kejuaraan tinju dunia. Mereka berempat merasa sepenanggungan karena hadir sebagai kulit hitam di tengah dominasi kulit putih masyarakat Amerika Serikat. Mereka berempat hadir dengan pergumulan kehidupan yang berat. Malcom sebagai aktifis organisasi muslim, Clay sebagai petinju, Jim Brown sebagai pemain NFL, dan Sam Cooke sebagai penyanyi. Mereka hadir dengan pergumulan yang sama, yaitu permasalahan diskriminasi ras. Namun di antara mereka terdapat sekat pembeda, yaitu agama. Malcom sebagai aktifis muslim berusaha menarik Clay dan mengajaknya untuk menjadi muslim. Namun Jim Brown dan Sam Cooke tidak rela melepaskan Clay berpindah agama. Dialog perdebatan yang mengundang emosi pun kerap kali muncul di antara mereka.

Keempat tokoh dalam film ini mengalami perubahan hidup karena pihan mereka sendiri. Clay memutuskan menjadi muslim untuk mendapatkan ketentraman batin. Malcom memilih keluar dari Nation of Islam dan merelakan dirinya menjadi "martir" ketika teror terus menghantui dirinya dan keluarganya hingga akhirnya ia dibunuh. Sam Cooke memutuskan untuk menyuarakan perlawanan sosial melalui lagu-lagunya. Sedangkan Jim Brown akhirnya memutuskan pensiun sebagai atlet NFL dan mengawali karier sebagai pemain film. Semuanya berubah karena pilihan. Semuanya keluar dari zona nyaman dan memasuki hidup yang baru. Sebuah film yang begitu jujur mengungkapkan dominasi, benturan, dan diskriminasi suku, ras, dan agama. Sentimen terhadap suku, ras, dan agama memang akan menjadi permasalahan abadi dalam kehidupan manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Father (2020), Subjek yang Terlupa

  Anthony menghadapi permasalahan penuaan yang cukup ironis. Ia dibingungkan dengan memorinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan siapa, di mana, kapan, dan bagaimana kehidupannya berlalu. Semuanya kacau. Tiba-tiba saja anaknya yang pamit ke Paris muncul dengan sosok yang berbeda. Tiba-tiba saja ia menjumpai sosok menantu yang entah dari mana asalnya. Tiba-tiba saja ia berada di apartemen yang berbeda. Tiba-tiba saja ia tinggal di sebuah panti bersama para perawat. Dalam kebingungan, muncul rasa jengkel, marah, sedih, bahagia, dan pasrah. Film yang sederhana dalam tema namun tidak sederhana dalam merangkai cerita. Bahkan hingga akhir film, penonton pun tidak dapat menemukan mana kehidupan Anthony yang sesungguhnya. Semuanya tumpang tindih campur aduk menjadi satu. Menertawakan Anthony berarti juga menertawakan diri kita sendiri. Menemukan kembali subjek itu memang tidak mudah. Kalau Lacan menerangkan perjumpaan bayi dengan cermin untuk menemukan realitas dirinya, film ini menggamba

Nomadland (2020), Kisah Para Pencari Surga

  Bukankah manusia tercipta pertama kali di alam kebebasan dan tidak berumah? Demikianlah bagaimana film ini mencoba untuk menggambarkan para “pengembara” di Amerika Serikat yang kembali menghayati kehidupan nan bebas bersama mobil van mereka. Bangunan rumah hanyalah kurungan yang mendomestikkan manusia sehingga seringkali kehilangan naluri “kemanusiaannya”. Para pengembara ( nomadland ) di Amerika Serikat membangun sebuah komunitas kekeluargaan yang sangat intim dan dinamis. Sebuah kehidupan yang tidak lazim. Namun inilah gerakan subkultur yang menjadi kritik kemapanan manusia rumahan. Mereka tidak lagi melihat suatu benda dari batasan nilai mata uang, namun dari nilai kenangan yang tak terbatas. Dari sinilah mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan barang sesama pengembara. Mereka bertukar narasi yang tak terbatas oleh nilai mata uang. Oleh karenanya mereka memilih disebut sebagai “ houseless ”. Bukan “ homeless ”. Mereka memang tidak memiliki bangunan untuk ditinggali. Nam

Memories Of Matsuko (2006), Warna-warni Kegelapan

  Siapa yang menyangka, Matsuko, gadis cantik bersuara merdu menjalani kehidupan yang kelam? Berawal dari profesinya sebagai seorang guru SMP yang menghadapi kenakalan anak didiknya, Matsulo harus meninggalkan sekolahan. Ia pun menjadi penyanyi cafe, wanita penghibur, penata rambut, hingga sindikat narkoba. Ia berpindah dari kekasih satu kepada kekasih yang lain. Ia menikmati walau tersakiti. Adalah Sho, keponakan Matsuko yang merangkai cerita memori kehidupan bibinya setelah meninggal di usia 55 tahun. Ia mengumpulkan kepingan-kepingan memori Matsuko sepanjang kariernya hingga dibunuh dengan tragis. Kehidupan yang gelap dihadirkan dengan gemerlap melalui film ini. Menyaksikan film ini mengingatkan kita akan film Amelie. Cerita yang kelam dihadirkan dengan penuh keceriaan. Tanpa sadar film ini mengajak kita untuk melihat segala sesuatu dengan keceriaan. Dalam situasi apapun Matsuko menyelipkan “wajah jelek”nya untuk menghibur kita. Perjalanan hidup memang gelap dan berliku, namun sem