Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

About Elly (2009), Permainan Emosi yang Menghanyutkan

  Ini adalah film yang mampu menggali ekspresi masing-masing pemeran dengan sangat baik. Berawal dari suasana ceria yang penuh kegembiraan ketika rombongan tiga keluarga muda mengisi malam minggu dengan menginap di sebuah vila di pinggir pantai. Mereka mengajak Elly, guru salah satu anak mereka untuk bergabung. Niat hati ingin menjodohkan Elly dengan Ahmad yang juga ikut bersama dengan mereka. Suasana kegembiraan penuh dengan senyum kehangatan mewarnai awal liburan mereka. Namun di tengah kegembiraan, tiba-tiba muncul kejadian yang mencekam di mana salah satu dari anak mereka terbawa ombak. Kepanikan terbangun dengan cepat. Untunglah anak tersebut bisa terselamatkan. Tapi permasalahan selanjutnya adalah mereka kehilangan Elly. Pada awalnya Elly diminta untuk menjaga anak-anak bermain di pantai. Namun seiring tenggelamnya seorang anak, Elly pun ikut menghilang. Kepanikan yang sudah mereda kembali muncul ketika menyadari Elly tidak ada bersama mereka. Berbagai usaha dilakukan untuk menca

Identitas (2009), Lagi-lagi tentang Kuasa dan Marginalitas

  Siapakah yang membentuk identitas seseorang? Identitas terbentuk karena adanya kuasa. Siapa yang berkuasalah yang berhak membentuk atau menentukan identitas. Film ini berkisah tentang seorang gadis (diperankan Leoni) tanpa identitas yang menjaga ayahnya di rumah sakit. Gadis itu sama sekali tidak beridentitas. Bahkan namapun tidak punya. Rumah kontrakan mereka telah digusur untuk proyek pemerintah. Gadis itupun harus menjadi pramuria untuk mendapatkan uang guna menebus obat ayahnya. Ketika gadis itu tidur di bangku beranda kamar mati, bertemulah ia itu dengan seorang petugas kamar mati (diperankan Tio Pakusadewo) yang bernama Adam. Adam berjanji akan membantu dirinya mengurus kartu tanda miskin yang akan meringankan biaya rumah sakit. Ketika Adam berhasil melobi calon wakil rakyat untuk membantu kepengurusan kartu tanda miskin, gadis itu malah menghilang. Esoknya ditemukan gadis tanpa identitas itu telah mati dengan keadaan telanjang di tepi sungai.   Identitas ditentukan oleh si

Come and See (1985), Panggilan untuk Meratap

  “Come and See” adalah ucapan yang dikutip dari kitab Wahyu 6 yang mengajak untuk datang dang melihat gambaran-gambaran di akhir jaman. Berulang kali frase ini ditulis di pasal 6 untuk menunjukkan betapa menakutkannya akhir jaman. Dan film Come and See merupakan film yang mengajak untuk melihat ketakutan-ketakutan dalam perang dunia ke-2. Film ini mengisahkan seorang remaja dari sebuah desa di Belarusia, Uni Soviet yang menemukan sepucuk senjata terkubur di dalam tanah. Dengan senjata itu, ia pun bergabung dengan para gerilyawan Belarusia yang tengah bersiap menghadapi infiltrasi Jerman ke Uni Soviet. Namun ketika kembali ke rumah, remaja tersebut menjumpai rumahnya kosong.Ia menerima kabar bahwa ibu dan kedua adik kembarnya sudah dibunuh pasukan Nazi yang menyerbu kempung mereka. Dalam perjalanan selanjutnya, remaja tadi menjumpai banyak peristiwa yang sangat memilukan. Ia menyaksikan tentara Jerman dengan kejam menyiksa, membunuh, memerkosa warga Belarusia dalam gelak tawa memuakkan

To Live (1994), Kesetiaan dalam Arus Revolusi

  Gong Li memang seorang artis film Mandarin yang sangat lihai dalam memerankan karakter tokoh yang hidupnya menderita. Wajahnya yang dingin memancarkan aura keprihatinan. Sebutlah beberapa film yang dibintangi Gong Li seperti Red Sorghum, Raise the Red Lantern, serta Farewell of Concubine yang menghadirkan sosok perempuan penuh dengan kemalangan. Demikian pula dalam film To Live ini, Gong Li mampu menampilkan sosok seorang istri yang berkali-kali menanggung penderitaan karena permasalahan politik di China. To Live merupakan film yang mengisahkan perjalanan sebuah keluarga miskin menghadapi gonjang-ganjing revolusi di China. Pada awalnya Fugui dan Jiazhen adalah keluarga berada karena warisan harta serta rumah orang tua mereka yang megah. Namun ketika Fugui jatuh dalam permainan judi, mereka harus kehilangan harta benda termasuk rumah yang megah yang telah dipertaruhkan di meja judi. Mereka pun menjadi keluarga miskin yang serba kekurangan. Fugui mencoba mengadu nasib dengan menjadi

Hiroshima Mon Amour (1959), Mengenang Sejarah dan Membangun Harapan (edisi mengenang peristiwa Hiroshima-Nagasaki)

Catatan ini dibuat untuk mengenang peristiwa 6 Agustus 1945 saat Amerika meluluh lantahkan Hiroshima dengan bom atom. Menyusul tiga hari kemudian Nagasaki yang juga dihancurkan dengan cara yang sama. Inilah akhir Perang Dunia ke-2 yang menyisakan trauma dan nestapa. Jutaan korban jiwa adalah bukti betapa sadisnya manusia ketika berhadapan dengan kuasa.   Film ini berlatar belakang keadaan Jepang paska Perang Dunia ke-2, di mana Jepang telah pulih kembali dari kehancuran. Hiroshima kembali menjadi kota yang “tak pernah tertidur”. Diceritakan seorang artis dari Perancis yang berkunjung ke Jepang untuk membuat film perdamaian. Di awal film dimunculkan tayangan dokumenter peristiwa bom atom yang terjadi di Hiroshima. Dikenalkan pula hadirnya museum untuk mengenang tragedi naas tersebut. Dari sinilah muncul ajakan menolak perang melalui film yang sedang dalam proses pembuatan. Artis Perancis tadi dikisahkan menjalin asmara dengan seorang arsitek Jepang. Percakapan keduanya mendominasi j

American Beauty (1999), Karena Asmara Kuat seperti Maut

Because the world is round it turns me on Because the world is round, ah... Because the wind is high it blows my mind Because the wind is high, ah... Love is old, love is new Love is all, love is you… Lagu Because karya the Beatles ini menutup film dengan begitu manis. Sebuah jawaban tentang kisah asmara yang tidak biasa. Semua terjadi karena dunia yang berputar. Semua terjadi karena angin yang menerbangkan khayalan. American Beauty adalah gambaran keindahan asmara yang tidak biasa. Semua berawal dari kejenuhan hidup berkeluarga. Lester, pria paruh baya, merasa hubungannya dengan Carolyn istrinya serta Jane putrinya begitu kaku dan dingin. Di tengah titik jenuh relasi keluarga Lester, muncullah imajinasi asmara yang menggoda mereka bertiga. Lester tergila-gila dengan sahabat anaknya sendiri, Carolyn jatuh hati kepada pesaing bisnisnya, dan Jane tergoda pria pengedar narkoba yang menjadi tetangga baru mereka. Asmara yang tumbuh ini ternyata malah menjadikan kehidupan mereka p

Tabula Rasa (2014), Rasa yang Menuai Kenangan

Lagi-lagi tentang kuliner. Kali ini mengangkat kuliner yang sudah sangat tersohor, yakni masakan Padang. Hans, remaja Papua mengadu nasib di Jakarta sebagai pemain sepak bola. Sayang ketika ia cidera, klubnya tidak mau membayar biaya operasi. Jadilah Hans menjadi pincang dan terlantar di ibu kota karena klubnya telah mencampakkan dirinya. Beruntung, Hans ditemukan oleh Mak, seorang pemilik rumah makan Padang. Di rumah makan Padang yang sederhana itulah perlahan Hans belajar memasak. Pada awalnya Mak enggan untuk mengolah gulai kepala ikan, karena mengingatkannya kepada anaknya yang meninggal pada saat gempa bumi melanda Padang tahun 2009. Namun karena bujukan Hans, Mak-pun bersedia memasak kembali masakan spesialnya, yakni gulai kepala ikan. Kehadiran Hans mampu membuat rumah makan Mak yang tadinya sepi pengunjung menjadi ramai. Sebuah persilangan budaya yang menarik ketika Hans, seorang Papua menjadi juru masak di rumah makan Padang.   Film ini juga mengisahkan persaingan rumah ma

Taste of Cherry (1997), Memaknai Kembali Kehidupan

Film ini mengisahkan seorang paruh baya bernama Badii yang ingin mengakhiri hidupnya karena permasalahan berat yang dialami. Ia mencari orang yang bersedia menguburkan tubuhnya ketika nanti telah mati. Orang pertama adalah seorang tentara amatir yang harus mencari tambahan penghasilan sebagai buruh proyek. Orang itu tidak berani dan malah melarikan diri. Orang kedua adalah seorang mahasiswa teologi yang sedang mendalami ajaran agama Islam. Mendengar Badii akan melakukan bunuh diri, mahasiswa tersebut malah memberikan nasihat macam-macam dan melarang untuk bunuh diri. Orang ketiga adalah seorang pegawai museum. Ia bersedia menguburkan tubuh Badii ketika sudah mati. Pegawai museum tersebut bercerita kalau dulu ia juga pernah seperti Badii. Ia ingin mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di pohon ceri. Tapi ketika buah ceri berjatuhan, ia merasakan manisnya buah itu. Rasa buah ceri yang manis ternyata mengingatkan dirinya akan kehidupan yang sebenarnya juga manis dan indah. Tinggal b