Langsung ke konten utama

Marriage Story – Bercerai itu tidak Mudah!



Pihak yang paling diuntungkan dalam proses perceraian adalah pengacara. Sisi lain dari film Marriage Story menampilkan sidang perceraian yang menjadi ajang adu gengsi para pengacara. Nicole dan Charlie yang telah menyewa pengacara kondang untuk “memenangkan” persidangan pun akhirnya merasa kewalahan. Bukan hanya biaya sewa pengacara yang mahal tapi juga anjuran-anjuran pengacara yang mereka sewa sangat memeras energi. Perceraian ternyata bukan hanya masalah berpisah tapi juga harus berurusan dengan masa depan anak, pembagian harta, trauma psikologis, kehidupan sosial, relasi keluarga besar, dan masih banyak lagi.

Dalam kelelahan, Nicole dan Charlie mencoba untuk membuka dialog empat mata. Tapi titik jenuh pernikahan membuat mereka gagal untuk berdialog. Alih-alih menemukan solusi, kebencian mereka malah semakin menjadi. Hingga akhirnya solusi itu ada dalam diri Henry, anak mereka yang tak sengaja membaca tulisan kejujuran Nicole tentang kebaikan-kebaikan Charlie yang selama ini tidak terungkapkan.

Bercerai itu rumit. Ketika jatuh hati yang bermain adalah rasa, tapi ketika proses bercerai yang bermain adalah logika. Dan tidak mudah untuk melogikakan perasaan. Perceraian adalah saat rasa itu telah mati dan tertutup oleh logika. Perceraian hanya menyisakan perhitungan runyam tanpa ada perasaan. Di akhir film Marriage Story tidak dijelaskan apa yang terjadi selanjutnya dalam keluarga Charlie dan Nicole. Film diakhiri dengan Nicole yang menyimpulkan tali sepatu Charlie yang terlepas. Sebuah simbol sederhana bermakna sangat kuat : perhatian. Munculnya kembali rasa di antara peraduan logika. Ya, bercerai itu tidak mudah!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Father (2020), Subjek yang Terlupa

  Anthony menghadapi permasalahan penuaan yang cukup ironis. Ia dibingungkan dengan memorinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan siapa, di mana, kapan, dan bagaimana kehidupannya berlalu. Semuanya kacau. Tiba-tiba saja anaknya yang pamit ke Paris muncul dengan sosok yang berbeda. Tiba-tiba saja ia menjumpai sosok menantu yang entah dari mana asalnya. Tiba-tiba saja ia berada di apartemen yang berbeda. Tiba-tiba saja ia tinggal di sebuah panti bersama para perawat. Dalam kebingungan, muncul rasa jengkel, marah, sedih, bahagia, dan pasrah. Film yang sederhana dalam tema namun tidak sederhana dalam merangkai cerita. Bahkan hingga akhir film, penonton pun tidak dapat menemukan mana kehidupan Anthony yang sesungguhnya. Semuanya tumpang tindih campur aduk menjadi satu. Menertawakan Anthony berarti juga menertawakan diri kita sendiri. Menemukan kembali subjek itu memang tidak mudah. Kalau Lacan menerangkan perjumpaan bayi dengan cermin untuk menemukan realitas dirinya, film ini menggamba

Nomadland (2020), Kisah Para Pencari Surga

  Bukankah manusia tercipta pertama kali di alam kebebasan dan tidak berumah? Demikianlah bagaimana film ini mencoba untuk menggambarkan para “pengembara” di Amerika Serikat yang kembali menghayati kehidupan nan bebas bersama mobil van mereka. Bangunan rumah hanyalah kurungan yang mendomestikkan manusia sehingga seringkali kehilangan naluri “kemanusiaannya”. Para pengembara ( nomadland ) di Amerika Serikat membangun sebuah komunitas kekeluargaan yang sangat intim dan dinamis. Sebuah kehidupan yang tidak lazim. Namun inilah gerakan subkultur yang menjadi kritik kemapanan manusia rumahan. Mereka tidak lagi melihat suatu benda dari batasan nilai mata uang, namun dari nilai kenangan yang tak terbatas. Dari sinilah mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan barang sesama pengembara. Mereka bertukar narasi yang tak terbatas oleh nilai mata uang. Oleh karenanya mereka memilih disebut sebagai “ houseless ”. Bukan “ homeless ”. Mereka memang tidak memiliki bangunan untuk ditinggali. Nam

Memories Of Matsuko (2006), Warna-warni Kegelapan

  Siapa yang menyangka, Matsuko, gadis cantik bersuara merdu menjalani kehidupan yang kelam? Berawal dari profesinya sebagai seorang guru SMP yang menghadapi kenakalan anak didiknya, Matsulo harus meninggalkan sekolahan. Ia pun menjadi penyanyi cafe, wanita penghibur, penata rambut, hingga sindikat narkoba. Ia berpindah dari kekasih satu kepada kekasih yang lain. Ia menikmati walau tersakiti. Adalah Sho, keponakan Matsuko yang merangkai cerita memori kehidupan bibinya setelah meninggal di usia 55 tahun. Ia mengumpulkan kepingan-kepingan memori Matsuko sepanjang kariernya hingga dibunuh dengan tragis. Kehidupan yang gelap dihadirkan dengan gemerlap melalui film ini. Menyaksikan film ini mengingatkan kita akan film Amelie. Cerita yang kelam dihadirkan dengan penuh keceriaan. Tanpa sadar film ini mengajak kita untuk melihat segala sesuatu dengan keceriaan. Dalam situasi apapun Matsuko menyelipkan “wajah jelek”nya untuk menghibur kita. Perjalanan hidup memang gelap dan berliku, namun sem