Langsung ke konten utama

Mother India (India, 1957)



Film ini berkisah tentang Radha, seorang perempuan yang tangguh dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Diawali dari pernikahan antara Radha dengan Shamu yang sejak semula telah dibayang-bayangi hutang. Untuk mengadakan pesta pernikahan mereka berdua, ibu Shamu meminjam uang kepada rentenir yang bernama Sukhilala. Hutang inilah yang semakin lama semakin berkembang sehingga Radha dan Shamu hidup di dalam tekanan. Kerja keras setiap hari tidak mencukupi kebutuhan keluarga mereka yang telah dikaruniai momongan. Satu demi satu kekayaan mereka, seperti sapi, sawah, perhiasan berpindah tangan kepada Sukhilala untuk menebus hutang. Hingga akhirnya Shamu mengalami sakit dan memutuskan untuk meninggalkan keluarganya untuk mencari pekerjaan di perantauan.

Penderitaan Radha yang harus menanggung dua anak, Birju dan Ramu, semakin berat ketika terjadi banjir yang menenggelamkan desa dan menghancurkan rumah mereka. Saat itu sebenarnya Sukhilala menawarkan bantuan, tetapi Radha menolak. Ia memilih kelaparan bersama-sama dengan anak-anaknya daripada menerima bantuan dari rentenir busuk. Akhirnya dengan usaha yang keras, Radha mampu membesarkan anak-anaknya dengan mengolah sawah yang tersisa, meskipun hasilnya harus dipotong untuk membayar hutang.

Birju, anak yang pertama, akhirnya menyadari bahwa keluarganya telah diperdaya oleh Sukhilala. Dengan amarah yang meluap-luap, Birju berambisi untuk membunuh Sukhilala dan mengembalikan harkat ibunya. Tetapi niat Birju dicegah oleh Radha. Ia menentang Birju menggunakan kekerasan, karena tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Bahkan di akhir cerita, Radha berani menembak sendiri Birju untuk menghentikan niat anaknya membalaskan dendam dengan membawa lari putri Sukhilala. Tembakan itu dalah tembakan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya agar tidak lagi hidup di dalam rasa dendam.
Film ini mencerminkan konteks India pada waktu itu (tahun 50-an). Ada banyak rentenir yang sukses menindas saudaranya sendiri karena masalah pendidikan yang belum merata. Pada saat Sukhilala menunjukkan bukti catatan hutang kepada Birju, Birju kebingungan karena tidak dapat membaca. Ketika ia meminta tolong kepada tetangganya ternyata mereka pun juga tidak bisa membaca. Akhirnya mereka percaya saja akan hutang yang semakin menumpuk karena kebodohan mereka sendiri.  


Radha digambarkan sebagai sosok yang benar-benar tegar dan kuat. Bahkan ia digambarkan lebih “kuat” daripada Shamu, suaminya sendiri. Ia memiliki prinsip yang teguh. Ada kalanya Radha digambarkan perkasa dengan kekuatan dan ketegarannya, ada kalanya pula Radha digambarkan penuh dengan kelemah lembutan. Mother India adalah sebuah pemaparan bahwa wanita pun memiliki kekuatan dan bahkan bisa melebihi laki-laki. Perlawanan antara Radha dengan Sukhilala adalah simbol perlawanan antara laki-laki yang menggunakan logika dan otot, dengan perempuan yang menggunakan perasaan dan kelemahlembutan. Tidak selamanya yang lemah itu akan hancur. Radha melarang Birju, anaknya, untuk menggunakan kekerasan karena harga diri itu tidak hanya ditentukan karena kemenangan akal dan okol saja. Tapi siapa yang paling kuat bertahan, dialah yang akan dihargai. Radha di masa tuanya sangalah dikagumi dan dihargai karena kekuatan untuk bertahan dari penderitaan. Bukan ambisi untuk menjatuhkan karena dendam.

Salam Sinema!!

                                                      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Father (2020), Subjek yang Terlupa

  Anthony menghadapi permasalahan penuaan yang cukup ironis. Ia dibingungkan dengan memorinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan siapa, di mana, kapan, dan bagaimana kehidupannya berlalu. Semuanya kacau. Tiba-tiba saja anaknya yang pamit ke Paris muncul dengan sosok yang berbeda. Tiba-tiba saja ia menjumpai sosok menantu yang entah dari mana asalnya. Tiba-tiba saja ia berada di apartemen yang berbeda. Tiba-tiba saja ia tinggal di sebuah panti bersama para perawat. Dalam kebingungan, muncul rasa jengkel, marah, sedih, bahagia, dan pasrah. Film yang sederhana dalam tema namun tidak sederhana dalam merangkai cerita. Bahkan hingga akhir film, penonton pun tidak dapat menemukan mana kehidupan Anthony yang sesungguhnya. Semuanya tumpang tindih campur aduk menjadi satu. Menertawakan Anthony berarti juga menertawakan diri kita sendiri. Menemukan kembali subjek itu memang tidak mudah. Kalau Lacan menerangkan perjumpaan bayi dengan cermin untuk menemukan realitas dirinya, film ini menggamba

Nomadland (2020), Kisah Para Pencari Surga

  Bukankah manusia tercipta pertama kali di alam kebebasan dan tidak berumah? Demikianlah bagaimana film ini mencoba untuk menggambarkan para “pengembara” di Amerika Serikat yang kembali menghayati kehidupan nan bebas bersama mobil van mereka. Bangunan rumah hanyalah kurungan yang mendomestikkan manusia sehingga seringkali kehilangan naluri “kemanusiaannya”. Para pengembara ( nomadland ) di Amerika Serikat membangun sebuah komunitas kekeluargaan yang sangat intim dan dinamis. Sebuah kehidupan yang tidak lazim. Namun inilah gerakan subkultur yang menjadi kritik kemapanan manusia rumahan. Mereka tidak lagi melihat suatu benda dari batasan nilai mata uang, namun dari nilai kenangan yang tak terbatas. Dari sinilah mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan barang sesama pengembara. Mereka bertukar narasi yang tak terbatas oleh nilai mata uang. Oleh karenanya mereka memilih disebut sebagai “ houseless ”. Bukan “ homeless ”. Mereka memang tidak memiliki bangunan untuk ditinggali. Nam

Memories Of Matsuko (2006), Warna-warni Kegelapan

  Siapa yang menyangka, Matsuko, gadis cantik bersuara merdu menjalani kehidupan yang kelam? Berawal dari profesinya sebagai seorang guru SMP yang menghadapi kenakalan anak didiknya, Matsulo harus meninggalkan sekolahan. Ia pun menjadi penyanyi cafe, wanita penghibur, penata rambut, hingga sindikat narkoba. Ia berpindah dari kekasih satu kepada kekasih yang lain. Ia menikmati walau tersakiti. Adalah Sho, keponakan Matsuko yang merangkai cerita memori kehidupan bibinya setelah meninggal di usia 55 tahun. Ia mengumpulkan kepingan-kepingan memori Matsuko sepanjang kariernya hingga dibunuh dengan tragis. Kehidupan yang gelap dihadirkan dengan gemerlap melalui film ini. Menyaksikan film ini mengingatkan kita akan film Amelie. Cerita yang kelam dihadirkan dengan penuh keceriaan. Tanpa sadar film ini mengajak kita untuk melihat segala sesuatu dengan keceriaan. Dalam situasi apapun Matsuko menyelipkan “wajah jelek”nya untuk menghibur kita. Perjalanan hidup memang gelap dan berliku, namun sem