Film ini
mengisahkan seorang paruh baya bernama Badii yang ingin mengakhiri hidupnya karena
permasalahan berat yang dialami. Ia mencari orang yang bersedia menguburkan
tubuhnya ketika nanti telah mati. Orang pertama adalah seorang tentara amatir
yang harus mencari tambahan penghasilan sebagai buruh proyek. Orang itu tidak berani dan
malah melarikan diri. Orang kedua adalah seorang mahasiswa teologi yang sedang
mendalami ajaran agama Islam. Mendengar Badii akan melakukan bunuh diri,
mahasiswa tersebut malah memberikan nasihat macam-macam dan melarang untuk
bunuh diri. Orang ketiga adalah seorang pegawai museum. Ia bersedia menguburkan
tubuh Badii ketika sudah mati. Pegawai museum tersebut bercerita kalau dulu ia juga pernah seperti Badii. Ia ingin mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di
pohon ceri. Tapi ketika buah ceri berjatuhan, ia merasakan manisnya buah itu.
Rasa buah ceri yang manis ternyata mengingatkan dirinya akan kehidupan yang
sebenarnya juga manis dan indah. Tinggal bagaimana kita memaknainya. Perjumpaan
dengan pegawai museum tersebut malah membuat Badii berpikir ulang akan
rencananya. Ia melihat dan memaknai lagi hidupnya yang berantakan dan
memutuskan untuk melanjutkan hidupnya.
Film ini adalah
karya sutradara Iran yang tersohor, Abbas Kiarostami. Sepanjang film ini
didominasi adegan percakapan di dalam mobil berlatar belakang tandusnya padang gurun di Iran. Dialog dalam film ini mengajak
kita untuk berefleksi tentang kehidupan. Dari tiga orang yang diminta tolong
untuk menguburkan tubuh Badii, kita bisa melihat beragam karakter yang muncul
ketika bersinggungan dengan kehidupan dan kematian. Ada yang begitu naif hingga
memunculkan ketakutan, ada yang begitu sok bijak hingga memunculkan
nasihat-nasihat yang tidak tepat, dan ada juga yang menjawab dengan pengalaman.
Film ini mengajak kita untuk melihat dalam hidup kita yang semanis buah ceri.
Tinggal kita sendiri mau merasakannya
atau malah membuangnya.
Salam Sinema!!
Komentar
Posting Komentar