Film ini mengisahkan munculnya masalah di tengah masalah
yang dihadapi oleh pasangan Nader dan Simin. Saat mereka bergumul dengan proses
perceraian, timbullah masalah baru di mana Nader dituntut atas tindak kekerasan
terhadap Razieh, pembantu yang baru beberapa hari bekerja di rumahnya. Nader
dituntut di pengadilan setelah Razieh terjatuh dari tangga dan mengalami
keguguran. Di tengah ketidakharmonisan Nader dan Simin, mereka harus bersinergi
untuk menghadapi tuntutan tindak kekerasan kepada Razieh.
Film dari negara Iran ini menggambarkan permasalahan yang
muncul dari dua keluarga dari kelas yang berbeda. Keluarga Nader adalah
keluarga kelas ekonomi menengah dan keluarga Razieh adalah keluarga kelas
ekonomi bawah. Ketidakadilan sebenarnya telah dimunculkan saat pertama kali
Razieh melamar menjadi pembantu. Razieh mendapat upah yang tidak sepadan dengan
pekerjaan serta jauhnya perjalanan yang ditempuh menuju apartemen Nader. Ia
harus mengasuh ayah Nader yang menderita penyakit alzheimer (melemahnya fungsi otak). Razieh tidak punya pilihan akan
pekerjaannya. Mau tidak mau ia harus bekerja mencari uang untuk melunasi
hutang, karena suaminya menganggur. Demikianlah permasalahan keluarga kelas
ekonomi bawah yang masih mempermasalahkan kebutuhan hidup. Bukan keinginan
hidup, seperti apa yang dihadapi Nader dan Simin dalam proses perceraian mereka. Ini mengingatkan kita akan sebuah humor satir khas orang Jawa tentang makan dan kelas ekonomi. Kalau mereka kelas ekonomi bawah seperti keluarga Razieh pertanyaannya, "sesuk mangan apa?" (besok makan apa?) Ketika naik ke kelas ekonomi sedang, seperti keluarga Nader, pertanyaannya berganti, "sesuk mangan neng ndi?" (besok makan di mana?) Dan di kelas ekonomi atas, pertanyaannya menjadi "sesuk mangan sapa?" (besok makan siapa?) Setiap kelas memiliki permasalahannya sendiri-sendiri.
Sebuah film yang
sarat akan konflik. Adegan demi adegan diwarnai dengan emosi dan ketegangan. Konflik
internal dan eksternal keluarga bersumber kepada kerasnya ego. Nader, Simin,
Razieh, dan suami Razieh adalah pribadi yang keras. Namun film inipun mengangkat
adanya dialog sebagai jembatan untuk mencari penyelesaian bersama. Dan
lagi-lagi, “jalan damai bersama” itu adalah uang.
Salam Sinema!!!
Komentar
Posting Komentar