Langsung ke konten utama

Good Bye Lenin! (2003), Merayakan Kapitalisme




Dari judul filmnya saja sudah memunculkan rasa penasaran. Ada apa dengan Lenin? Film ini mengangkat sejarah proses bersatunya Jerman Barat dan Timur yang diawali peristiwa robohnya tembok Berlin tahun 1989. Robohnya tembok Berlin berdampak kepada perubahan budaya dan ideologi masyarakat Jerman waktu itu. Jerman Timur yang mengagungkan sosialis komunis harus legawa berbagi ruang dengan Jerman Barat yang berkiblat kepada kapitalis. Hancurnya tembok Berlin  menandai mulai masuknya kapitalisme di negara itu. Momen alih budaya inilah yang diangkat melalui film Good Bye Lenin!

Christine adalah seorang ibu yang berjuang membela suara kelompok buruh tani di Jerman Timur. Suaminya telah pergi dan menyeberang ke Jerman Barat. Sedangkan Alex, anaknya, juga seorang aktifis yang kerapkali melakukan unjuk rasa. Pada sebuah demonstrasi besar-besaran di awal Oktober 1989, Christine melihat Alex ditangkap aparat. Seketika itu juga Christine mengalami serangan jantung yang mengakibatkan tak sadar diri selama delapan bulan. Beberapa hari setelah Christine tak sadarkan diri, terjadi peristiwa yang mengubah kehidupan Jerman : runtuhnya tembok Berlin. Budaya telah berubah. Kapitalis menggantikan sosialis. Produk-produk Amerika, seperti Coca-cola dan Mc Donald, mulai memasuki Jerman Timur.

Hingga kemudian Christine membuka mata dan terjaga dari tidur panjangnya. Alex tidak ingin ibunya mengetahui revolusi ini. Ia takut ibunya akan mengalami serangan jantung yang lebih berat lagi ketika mendengar perjuangannya membela buruh tani sia-sia. Dramapun dihadirkan di kamar kecil, tempat Christine dirawat. Alex membuat rekayasa berita televisi seolah-olah Jerman Timur masih berjaya. Sebuah usaha yang tidak mudah karena barang-barang era pemerintahan sosialis telah digantikan dengan barang-barang produk baru. Beberapa kejadian lucu muncul dalam drama manipulasi ini. Seperti ketika Christine tak sengaja melihat dari jendela balon udara bertulis Coca-cola melayang di udara. Bagaimana mungkin Jerman Timur menerima produk kapitalis? Lalu Alex pun membuat video rekayasa liputan kesepakatan kerjasama Coca-cola dan Jerman Timur untuk menenangkan ibunya.

Lenin telah pergi. Demikianlah revolusi yang harus dihadapi. Perubahan budaya, perubahan ideologi, perubahan paradigma, membutuhkan adaptasi. Satu lagi momen yang melengkapi film ini : kemenangan Jerman dalam Piala Dunia 1990 di Italia. Diawali dengan kemenangan Jerman dari Inggris di semifinal yang menyadarkan tentang kekuatan persatuan, hingga akhirnya berpuncak kemenangan Jerman di final mengalahkan Argentina. Seolah inilah kemenangan Jerman atas dirinya sendiri, di mana telah mampu berdamai dengan konflik internal di tubuh mereka. Meskipun demikian, sosialis dan liberalis adalah dua kutub yang masih tetap ada di manapun dan kapanpun, meskipun tersamar dan dianggap tidak ada. Kehidupan ini hanyalah pergerakan pendulum dari kutub satu ke kutub yang lain dan akan kembali lagi ke kutub semula.

Salam Sinema!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Father (2020), Subjek yang Terlupa

  Anthony menghadapi permasalahan penuaan yang cukup ironis. Ia dibingungkan dengan memorinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan siapa, di mana, kapan, dan bagaimana kehidupannya berlalu. Semuanya kacau. Tiba-tiba saja anaknya yang pamit ke Paris muncul dengan sosok yang berbeda. Tiba-tiba saja ia menjumpai sosok menantu yang entah dari mana asalnya. Tiba-tiba saja ia berada di apartemen yang berbeda. Tiba-tiba saja ia tinggal di sebuah panti bersama para perawat. Dalam kebingungan, muncul rasa jengkel, marah, sedih, bahagia, dan pasrah. Film yang sederhana dalam tema namun tidak sederhana dalam merangkai cerita. Bahkan hingga akhir film, penonton pun tidak dapat menemukan mana kehidupan Anthony yang sesungguhnya. Semuanya tumpang tindih campur aduk menjadi satu. Menertawakan Anthony berarti juga menertawakan diri kita sendiri. Menemukan kembali subjek itu memang tidak mudah. Kalau Lacan menerangkan perjumpaan bayi dengan cermin untuk menemukan realitas dirinya, film ini menggamba

Nomadland (2020), Kisah Para Pencari Surga

  Bukankah manusia tercipta pertama kali di alam kebebasan dan tidak berumah? Demikianlah bagaimana film ini mencoba untuk menggambarkan para “pengembara” di Amerika Serikat yang kembali menghayati kehidupan nan bebas bersama mobil van mereka. Bangunan rumah hanyalah kurungan yang mendomestikkan manusia sehingga seringkali kehilangan naluri “kemanusiaannya”. Para pengembara ( nomadland ) di Amerika Serikat membangun sebuah komunitas kekeluargaan yang sangat intim dan dinamis. Sebuah kehidupan yang tidak lazim. Namun inilah gerakan subkultur yang menjadi kritik kemapanan manusia rumahan. Mereka tidak lagi melihat suatu benda dari batasan nilai mata uang, namun dari nilai kenangan yang tak terbatas. Dari sinilah mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan barang sesama pengembara. Mereka bertukar narasi yang tak terbatas oleh nilai mata uang. Oleh karenanya mereka memilih disebut sebagai “ houseless ”. Bukan “ homeless ”. Mereka memang tidak memiliki bangunan untuk ditinggali. Nam

Memories Of Matsuko (2006), Warna-warni Kegelapan

  Siapa yang menyangka, Matsuko, gadis cantik bersuara merdu menjalani kehidupan yang kelam? Berawal dari profesinya sebagai seorang guru SMP yang menghadapi kenakalan anak didiknya, Matsulo harus meninggalkan sekolahan. Ia pun menjadi penyanyi cafe, wanita penghibur, penata rambut, hingga sindikat narkoba. Ia berpindah dari kekasih satu kepada kekasih yang lain. Ia menikmati walau tersakiti. Adalah Sho, keponakan Matsuko yang merangkai cerita memori kehidupan bibinya setelah meninggal di usia 55 tahun. Ia mengumpulkan kepingan-kepingan memori Matsuko sepanjang kariernya hingga dibunuh dengan tragis. Kehidupan yang gelap dihadirkan dengan gemerlap melalui film ini. Menyaksikan film ini mengingatkan kita akan film Amelie. Cerita yang kelam dihadirkan dengan penuh keceriaan. Tanpa sadar film ini mengajak kita untuk melihat segala sesuatu dengan keceriaan. Dalam situasi apapun Matsuko menyelipkan “wajah jelek”nya untuk menghibur kita. Perjalanan hidup memang gelap dan berliku, namun sem